Langsung ke konten utama

Bali Masuk Daftar World Heritage

Tiga situs di Bali, yaitu Taman Ayun, sawah berteras Jatiluwih, dan delapan pura di daerah aliran Sungai Pakerisan dan Petanu, dipastikan masuk dalam daftar UNESCO World Heritage. Penetapan tiga lokasi itu sebagai world heritage tinggal tunggu pengesahan yang akan dilakukan World Heritage Committee di Quebec, Kanada, Juli mendatang.

Ketua Pelaksana Komisi Nasional UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk Indonesia Arief Rachman dan Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Drajat menyampaikan hal itu dalam sosialisasi nominasi masuknya Bali dalam daftar wold heritage di Jakarta, Jumat (9/5).

Jika tiga tempat di Bali itu disahkan oleh World Heritage Committee, maka Indonesia akan memiliki 10 warisan (budaya serta alam) bersejarah yang masuk dalam kategori world heritage. Sebelumnya, sudah ada sembilan warisan budaya dan alam Indonesia yang tercatat dalam UNESCO World Heritage, antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Keris, dan Wayang.

Hari Untoro mengatakan, awalnya pihaknya mengusulkan Pulau Bali secara keseluruhan dijadikan world heritage. Usulan itu diajukan tahun 2000. Namun, setelah melalui proses yang panjang, seperti berbagai rangkaian studi, kunjungan, sidang, dan konferensi akhirnya dipilih tiga tempat yang dapat mewakili Bali. Taman Ayung merupakan salah satu kompleks pura di Mengwi, Badung, yang dibangun Kerajaan Mengwi pada masa Raja I Gusti Agung Ngurah Made sekitar tahun 1700-an. Arsitektur pura itu merupakan kombinasi pengaruh Bali-Majapahit dan Cina.

Sementara kawasan persawahan Jatiluwih yang berada sekitar 700 meter di atas permukaan laut terletak di daerah Penebel, Tabanan. Kawasan persawahan berbentuk teras seluas sekitar 636 hektar itu menggunakan sistem pengairan subak, sistem pengairan tradisisonal yang berbasis komunitas.

Adapun delapan pura yang terdapat di daerah aliran Sungai Pakerisan dan Petanu adalah Pura Pengulingan, Tirta Empul, Mengening, Tebing Gunung kawi, Tebing Kerobokan, Tebing Pengukur-ukuran, Tebing Tengalinggah, dan Gua Gajah. Pura-pura itu dibangun pada abad ke-9 sampai ke-13 Masehi.

Menurut Hari, selain Bali, Indonesia juga sudah mengusulkan empat lokasi lain, yaitu Tanatoraja, Nias, Muara Jambi, dan kawasan perairan Raja Ampat di Papua. Toraja, katanya, berpeluang besar untuk segera disahkan. Namun, karena ada perubahan strategi kebijakan di UNESCO, warisan bersejarah yang merupakan gabungan dari unsur budaya dan alam lebih diutamakan, pihaknya lalu memilih untuk mengupayakan masuknya terlebih dahulu Bali karena dinilai lebih sesuai dengan kriteria yang dikehendaki lembaga PBB tersebut.

Setiap tahun World Heritage Committee hanya meloloskan satu warisan budaya atau alam atau gabungan dari keduanya untuk setiap negara anggota UNESCO.


Tiga situs di Bali, yaitu Taman Ayun, sawah berteras Jatiluwih, dan delapan pura di daerah aliran Sungai Pakerisan dan Petanu, dipastikan masuk dalam daftar UNESCO World Heritage. Penetapan tiga lokasi itu sebagai world heritage tinggal tunggu pengesahan yang akan dilakukan World Heritage Committee di Quebec, Kanada, Juli mendatang.

Ketua Pelaksana Komisi Nasional UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) untuk Indonesia Arief Rachman dan Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Drajat menyampaikan hal itu dalam sosialisasi nominasi masuknya Bali dalam daftar wold heritage di Jakarta, Jumat (9/5).

Jika tiga tempat di Bali itu disahkan oleh World Heritage Committee, maka Indonesia akan memiliki 10 warisan (budaya serta alam) bersejarah yang masuk dalam kategori world heritage. Sebelumnya, sudah ada sembilan warisan budaya dan alam Indonesia yang tercatat dalam UNESCO World Heritage, antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Ujung Kulon, Keris, dan Wayang.

Hari Untoro mengatakan, awalnya pihaknya mengusulkan Pulau Bali secara keseluruhan dijadikan world heritage. Usulan itu diajukan tahun 2000. Namun, setelah melalui proses yang panjang, seperti berbagai rangkaian studi, kunjungan, sidang, dan konferensi akhirnya dipilih tiga tempat yang dapat mewakili Bali. Taman Ayung merupakan salah satu kompleks pura di Mengwi, Badung, yang dibangun Kerajaan Mengwi pada masa Raja I Gusti Agung Ngurah Made sekitar tahun 1700-an. Arsitektur pura itu merupakan kombinasi pengaruh Bali-Majapahit dan Cina.

Sementara kawasan persawahan Jatiluwih yang berada sekitar 700 meter di atas permukaan laut terletak di daerah Penebel, Tabanan. Kawasan persawahan berbentuk teras seluas sekitar 636 hektar itu menggunakan sistem pengairan subak, sistem pengairan tradisisonal yang berbasis komunitas.

Adapun delapan pura yang terdapat di daerah aliran Sungai Pakerisan dan Petanu adalah Pura Pengulingan, Tirta Empul, Mengening, Tebing Gunung kawi, Tebing Kerobokan, Tebing Pengukur-ukuran, Tebing Tengalinggah, dan Gua Gajah. Pura-pura itu dibangun pada abad ke-9 sampai ke-13 Masehi.

Menurut Hari, selain Bali, Indonesia juga sudah mengusulkan empat lokasi lain, yaitu Tanatoraja, Nias, Muara Jambi, dan kawasan perairan Raja Ampat di Papua. Toraja, katanya, berpeluang besar untuk segera disahkan. Namun, karena ada perubahan strategi kebijakan di UNESCO, warisan bersejarah yang merupakan gabungan dari unsur budaya dan alam lebih diutamakan, pihaknya lalu memilih untuk mengupayakan masuknya terlebih dahulu Bali karena dinilai lebih sesuai dengan kriteria yang dikehendaki lembaga PBB tersebut.

Setiap tahun World Heritage Committee hanya meloloskan satu warisan budaya atau alam atau gabungan dari keduanya untuk setiap negara anggota UNESCO.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngerjain tugas dapet banyak duit

Huhh...sudah lama banget kayanya ngak nyentuh dengan blog ini. Mungkin dikaenakan dengan kesibukan Ujian-ujian sekolah, maklum masih sekolah,hhe dan yang pastinya dengan penyempurnaan blog baru saya " Exploring Indonesia ". Ok langsung saja kita mulai lagi. Pda postingan kali ini saya akan memberitahu ada satu lagi program yang didesian khusus untuk kita (orang uang kekurangan duit). Untuk mendapatkan uangnya tidaklah terlalu ribet, baru daftar saja langsung dapat $1.5, lumayan gak tuh? Nah bisnis ini bernama myeasytask, jadi disini kita mengerjakan tugas seperti daftar di situs orang, membuat review tentang sesuatu, promosi web orang ke forum dan lain sebagainya. Nah keuntungan yang anda dapatkan dengan bergabung dengan program ini adalah: 1. Mendapatkan Bonus langsung sebesar $1.5 2. Komisi $0.20 per refferal 3. setiap kali mengerjakan tugas anda akan mendapatkan rata-rata $0.1 – $1, dengan asusmsi setiap hari anda mengerjakan tugas 10x maka anda akan mendapatkan $1/hari de...

Beasiswa D2, D3, dan S1 ke Jepang 2013/2014

Akhirnya beasiswa D2, D3, dan S1 untuk tahun ajaran 2013/2014 kembali dibuka juga. Akhir-akhir ini, kita paling sering mendapat pertanyaan seputar beasiswa ke Jepang ini, apakah tahun ini kembali dibuka, apakah rutin diadakan setiap tahunnya, dll. Sempat bikin kita ketar-ketir juga, soalnya tanggal pembukaan beasiswa ini sedikit mundur dari tahun kemarin. Padahal program yang rutin diadakan oleh Pemerintah Jepang setiap tahunnya ini merupakan beasiswa favorit teman-teman, terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan setiap kali ada informasi seputar beasiswa ini. Persyaratan Umum Lahir antara 2 April 1991 dan 1 April 1996 Lulus SMA dengan nilai rata-rata ijazah atau rapor kelas 3 semester terakhir minimal: 8,4 untuk jenjang S1 8,2 untuk jenjang D3 8,0 untuk jenjang D2 Program Studi Pilihan D2 mana masa belajar adalah 2 tahun (termasuk belajar bahasa Jepang selama 1 tahun). Civil Engineering and Architecture; Electrical and Electronic Engineering; Wireless Communicatio...

Online hate speech could be contained like a computer virus, say researchers

Artificial intelligence is being developed that will allow advisory ‘quarantining’ of hate speech in a manner akin to malware filters – offering users a way to control exposure to ‘hateful content’ without resorting to censorship. The spread of hate speech via social media could be tackled using the same ‘quarantine’ approach deployed to combat malicious software, according to University of Cambridge researchers. Definitions of hate speech vary depending on nation, law and platform, and just blocking keywords is ineffectual: graphic descriptions of violence need not contain obvious ethnic slurs to constitute racist death threats, for example. As such, hate speech is difficult to detect automatically. It has to be reported by those exposed to it, after the intended “psychological harm” is inflicted, with armies of moderators required to judge every case. This is the new front line of an ancient debate: freedom of speech versus poisonous language. Now, an ...