Langsung ke konten utama

Melawan Diri Sendiri

Manusia, beragam manusia terkumpul dihadapan sang pencipta, Allah Ta’Ala, tatkala dihisab semua amalnya yang dilakukan di dunia. Baik itu amal baik maupun buruk, semua terhisab. Kemudian di tentukan apakah hamba itu layak masuk ke istana surga atau tidak. Itulah beberapa kejadian yang akan menanti kita di alam akhirat nanti selepas kontrak hidup di dunia usai. Lantas apa yang menjadi bekal kita nanti? Apa yang akan dibawa dihadapan Allah SWT kelak?  Amal baikkah atau amal buruk? Semuanya tergantung kita sendiri menjalani hidup di dunia ini dengan jalur mana.

Kita ambil contoh pahitnya, amal buruk. Di dunia kita hiasi hari-hari dengan beramal, tapi amal buruk. Hehe. usia sudah semakin tua, kontrak sudah kian mendekati waktu tempo. Tapi kita masih biasa – biasa saja menjalani hidup, masih penuh akan dosa maksiat. Seakan tidak bisa digoyahkan hati untuk bertobat. Tapi percayakah kawan, dalam hati kecil setiap umat manusia masih terdapat secercah cahaya kebaikan. Cahaya yang siap dibuat lebih terang – berderang dari biasanya.

Dosa yang sering dilakukan pada dasarnya bersumber dari satu kata. Nafsu. Itulah sumber dari segala dosa. Saya ingat suatu kisah, kisah tentang seorang ustadz (yang saya lupa namanya siapa hehe), beliau merupakan pemimpin pesantren yang cukup terkenal. Beliau sangat kuat ibadahnya. Ustadz panutan para ustadz. Namun, suatu ketika, datanglah iblis yang menyamar menjadi seorang santri. Pada satu sholat, biasanya ustadz pulang paling lama, beliau duduk penuh khusyu berhiaskan istighfar, tapi setelah sang ustadz selesai dari ibadahnya, dia masih melihat ada seorang santri yang lebih kuat ibadahnya dibandingkan dengannya. Sampai-sampai saat sang santri di kamar diam beribadah, sang santri kuat sekali ibadahnya, tidak keluar selama berhari-hari. Dan ketika keluar, ustadz tersebut bertanya, “wahai kau nak, apa yang membuatmu bisa kuat sekali dalam beribadah?”. Si Iblis menjawab, “saya dulunya brengsek stadz, penuh dengan dosa, kemudian saya bertobat” “Apakah saya bisa seperti kamu? Kuat dalam beribadah?”, Tanya ustadz. Sang iblis pun dengan lihainya membuat ustadz tersebut terhasut. “jika ustadz mau seperti saya, ustadz harus berbuat dosa dulu” “Apakah bisa saya seperti kamu jika berbuat dosa dulu?” “Iya, tapi ustatdz harus berbuat dosa terlebih dahulu” “Dosa yang seperti apa yang bisa saya lakukan” “Banyak stadz, minum minuman keras (bahasa arabnya khamar atau bahasa kitanya Miras atau bir haha), bermaksiat dengan perempuan, atau membunuh” “Maen perempuan saya tidak bisa, jadi saya coba minum minuman keras saja”

Ada satu kerajaan dimana sang putri raja sedang jatuh sakit, semua tabib terkenal sudah diundang untuk menyembuhkan penyakit sang putrid, tapi tidak ada yang sukses. Si iblis pun mendengar berita tersebut dan segera menghadap sang raja untuk menawarkan tabib. Dengan berjanji pasti akan sembuh, lantas raja menyuruh sang tabib ke kerajaannya, tapi si iblis berkata “beliau (tabib) tidak mau ke kerajaan, maunya sang putri yang ke rumah beliau”. Lalu dibawalah sang putri ke tempat ustadz tersebut, di pesantren. Kemudian, ustatdz kebingungan karena tidak punya keahlian dalam pengobatan, sang iblis menenangkan ustadz, “udah, tenang aja stadz, ini bisa saya atur” Dengan sekali usapan, bhh putri pun sembuh (namanya juga iblis hoho). Kemudian ustadz yang tengah mabuk berat, meliaht sesosok wanita cantik, yaitu sang putri raja. Maka disetubuhilah sang putrid tersebut oleh ustadz dalam keadaan tak sadarkan diri karena mabuk. Kemudian sang ustadz tidak mau malu karena menodai wanita yang bukan muhrimnya, maka dibunuhlah putri untuk menutupi aib besarnya. Sang iblis pun gembira bukan main, tugas sukses terlaksana, membuat ulama jatuh. Kemudian untuk menghilangkan jejak kematian putri, sang ustadz bersama iblis menguburkan di kamar pojok yang ada di pesantren. Setelah itu, iblis menghadap raja dengan meberitahukan bahwa sang putri telah sembuh dari penyakitnya, namun kabur ke hutan. Raja pun tidak percaya begitu saja, Dia bertanya sekali lagi, dimana putrid? Iblis dengan senang hati menjawabnya, “Sang putri sudah mati, jasadnya ada di pesantren.” Raja mengirimkan pasukan untuk menggeledah pesantren. Dan benar yang dikatakan sang iblis yang menyamar sebagai santri. Sang putri terkubur di pesantren. Kemudian Ustadz belum sempat bertaubat langsung dipenggal kepalanya sebagai hukuman.

Dari cerita diatas, dapat kita ambil hikmah, bahwa segala sesuatu yang buruk itu berawal dari satu, yaitu nafsu. Karena sang ustadz bernafsu untuk menyaingi santri yang lebih kuat darinya, dan dia merasa tidak mau tersaingi seolah yang paling hebat. Maka, nafsupun menggrakkan hati yang sebelumnya terang menjadi redup lewat perantara iblis dan bujukan maha dahsyatnya. Berawal dari khamar / miras semuanya terjadi. So, jangan coba – coba minuman yang begituan dan juga teman setianya NARKOBA. JANGAN !!! BAHAYA !!.

Oleh karena itu, kita harus bisa melawan diri kita sendiri dari segala macam yang akan merubah kita menjadi buruk. Berusaha dengan sekuat tenaga dan dibekali niat serta ilmu yang benar, Insya Allah kita terselamatkan dari godaan setan, hawa nafsu atau yang sejenisnya. Naudzubillah Summa Naudzubillahimindzalik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngerjain tugas dapet banyak duit

Huhh...sudah lama banget kayanya ngak nyentuh dengan blog ini. Mungkin dikaenakan dengan kesibukan Ujian-ujian sekolah, maklum masih sekolah,hhe dan yang pastinya dengan penyempurnaan blog baru saya " Exploring Indonesia ". Ok langsung saja kita mulai lagi. Pda postingan kali ini saya akan memberitahu ada satu lagi program yang didesian khusus untuk kita (orang uang kekurangan duit). Untuk mendapatkan uangnya tidaklah terlalu ribet, baru daftar saja langsung dapat $1.5, lumayan gak tuh? Nah bisnis ini bernama myeasytask, jadi disini kita mengerjakan tugas seperti daftar di situs orang, membuat review tentang sesuatu, promosi web orang ke forum dan lain sebagainya. Nah keuntungan yang anda dapatkan dengan bergabung dengan program ini adalah: 1. Mendapatkan Bonus langsung sebesar $1.5 2. Komisi $0.20 per refferal 3. setiap kali mengerjakan tugas anda akan mendapatkan rata-rata $0.1 – $1, dengan asusmsi setiap hari anda mengerjakan tugas 10x maka anda akan mendapatkan $1/hari de...

Beasiswa D2, D3, dan S1 ke Jepang 2013/2014

Akhirnya beasiswa D2, D3, dan S1 untuk tahun ajaran 2013/2014 kembali dibuka juga. Akhir-akhir ini, kita paling sering mendapat pertanyaan seputar beasiswa ke Jepang ini, apakah tahun ini kembali dibuka, apakah rutin diadakan setiap tahunnya, dll. Sempat bikin kita ketar-ketir juga, soalnya tanggal pembukaan beasiswa ini sedikit mundur dari tahun kemarin. Padahal program yang rutin diadakan oleh Pemerintah Jepang setiap tahunnya ini merupakan beasiswa favorit teman-teman, terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan setiap kali ada informasi seputar beasiswa ini. Persyaratan Umum Lahir antara 2 April 1991 dan 1 April 1996 Lulus SMA dengan nilai rata-rata ijazah atau rapor kelas 3 semester terakhir minimal: 8,4 untuk jenjang S1 8,2 untuk jenjang D3 8,0 untuk jenjang D2 Program Studi Pilihan D2 mana masa belajar adalah 2 tahun (termasuk belajar bahasa Jepang selama 1 tahun). Civil Engineering and Architecture; Electrical and Electronic Engineering; Wireless Communicatio...

Online hate speech could be contained like a computer virus, say researchers

Artificial intelligence is being developed that will allow advisory ‘quarantining’ of hate speech in a manner akin to malware filters – offering users a way to control exposure to ‘hateful content’ without resorting to censorship. The spread of hate speech via social media could be tackled using the same ‘quarantine’ approach deployed to combat malicious software, according to University of Cambridge researchers. Definitions of hate speech vary depending on nation, law and platform, and just blocking keywords is ineffectual: graphic descriptions of violence need not contain obvious ethnic slurs to constitute racist death threats, for example. As such, hate speech is difficult to detect automatically. It has to be reported by those exposed to it, after the intended “psychological harm” is inflicted, with armies of moderators required to judge every case. This is the new front line of an ancient debate: freedom of speech versus poisonous language. Now, an ...