Oleh: Nawa Tunggal
Eva
Chen memulai konferensi media dengan sejarah kertas yang ditemukan Cai
Lun (50-121 Masehi). Sejumlah pengetahuan tersebar dengan kertas.
Kini, informasi menyebar lewat internet. Masuk akal kalau melahirkan
bisnis baru: perlindungan keamanan informasi dan data di internet.
Desember
2010, serangan lewat internet diarahkan ke fasilitas pengelola nuklir
Iran. Aktivitas serangan itu berpotensi mengganggu keamanan secara
global,” kata Eva Chen, Pejabat Eksekutif Tertinggi (Chief Executive
Officer/CEO) Trend Micro, dalam konferensi media di Taiwan pertengahan
April 2012.
Chen turut mendirikan perusahaan Trend Micro tahun
1988 di New York, Amerika Serikat. Perusahaan tersebut menawarkan jasa
solusi keamanan informasi digital dan kini berpusat di Tokyo, Jepang.
Solusi
keamanan informasi digital meliputi perlindungan secara fisik,
virtual, dan sistem komputasi awan. Ada lima modul perlindungan
dikembangkan Trend Micro, yaitu perlindungan aplikasi web, firewall,
antivirus, pemantauan log pengamanan, dan pemantauan file secara
terintegrasi.
Perlindungan pada komputasi awan dilakukan secara
berlapis. Mulanya seperti identifikasi serangan dengan pemantauan
kamera. Jika serangan masih berlanjut, ada sistem peringatan. Kalau
serangan terus berlanjut, dilancarkan aksi penangkalan.
Chen
tidak bersedia merinci program perlindungan yang dilakukan
perusahaannya. Hal ini supaya tidak menampakkan titik-titik lemah
perlindungannya.
Perusak dan pencuri
Semula,
tahun 1982, pengguna komputer sangat berhati-hati dalam menggunakan
disket. Saat itu disket disinyalir sebagai penyebar virus komputer yang
mampu merusak, mengacaukan, atau menghilangkan program dan data.
Sekarang
virus tidak hanya menyebar melalui disket atau perangkat keras
komputer, tetapi lewat jaringan internet. Hal itu berlangsung sejak
tahun 1987-1988. Kini berkembang menjadi perusak dan pencuri data untuk
berbagai kepentingan. Serangan yang menghilangkan program dan data bisa
menimbulkan kerugian tak ternilai.
Teknologi komputasi berbasis
internet berkembang cepat. Tahun 2007-2008 mulai didengar istilah cloud
computing (komputasi awan). Komputasi awan dengan paradigma informasi
tersimpan permanen di server (penyedia) yang bisa disewa, hanya data
yang hendak digunakan yang disimpan sementara di komputer pengguna.
Perangkat
komputer dikembangkan kian hari kian mini. Tetapi, kapasitas untuk
menyajikan informasi dari internet menjadi hampir tak terbatas.
Komputasi
awan memiliki infrastruktur kompleks. Pengguna dapat mengakses untuk
meraih berbagai informasi yang dibutuhkan. Tetapi, sebagian besar
pengguna tidak mengetahui apa yang ada di dalamnya. Juga tidak
mengetahui siapa saja ahli yang mengemas informasi.
Pengguna juga
tidak memiliki kendali terhadap infrastruktur komputasi awan. Hal-hal
itu sebagai kelemahan ketika dikaitkan persoalan jaminan keamanan data.
Chen menuturkan, cyber attack
(serangan melalui internet) terus menjadi ancaman. Setelah serangan
pada fasilitas nuklir Iran, tercatat berbagai serangan yang
mengakibatkan kebocoran data berbagai institusi ataupun data individual.
Pada
April 2011, 77 juta konsumen Sony PSN kecurian data. Kemudian Mei
2011, 360.000 konsumen di AS kecurian data. Juni 2011, giliran 35 juta
pengguna situs jaringan sosial Korea kecurian data.
Mengoptimalkan usaha
Komputasi
awan sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan penjualan suatu produk.
Adapun pengguna individu mudah meraih manfaat komputasi awan. Di mana
pun sepanjang ada jaringan internet, pengguna dapat membuka surat
elektronik.
Komputasi awan memberikan manfaat, tetapi juga
mengandung risiko. Karena itu, keamanan data menjadi penting.
Pengamanan itu yang ditawarkan Trend Micro.
Dalam rangkaian
konferensi media di Taiwan, dicontohkan pemanfaatan komputasi awan
untuk mengoptimalkan usaha industri di bidang telekomunikasi, yaitu
Chungwa Telecom, Taiwan. Fu-kuei Chung, Data Communication Business
Group Chungwa Telecom, mengatakan, keamanan data dari pemanfaatan
komputasi awan 76 persen.
”Untuk menjamin dan meningkatkan keamanan data, Chungwa Telecom berkolaborasi dengan Trend Micro,” kata Chung.
Ia
memaparkan, kolaborasi Chungwa Telecom dengan Trend Micro berlangsung
sejak tahun 2004-2005, menggunakan produk virus scan dan antivirus. Pada
2012, dikembangkan kolaborasi antihacking dengan Trend Micro. Setahun
sebelumnya, 2011, pihaknya menempatkan data pada komputasi awan CloudBox
dan Amazon S3.
Chen menuturkan, saat ini hacker juga mengincar perangkat pengguna komputasi awan mobile (bergerak).
Perlindungan
keamanan di balik pemanfaatan komputasi awan menjadi mutlak
dibutuhkan. Di Indonesia, pemanfaatan komputasi awan untuk kepentingan
publik masih perlu dioptimalkan.
Komentar
Posting Komentar
Ayo utarakan saran atau tambahan atau bahkan kritik lewat Komentar